Ulumul Quran dan Sejarah Perkembangannya
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Al-Qur’an adalah mukjizat di dalam Islam yang abadi dimana makin maju ilmu pendidikan, semakin kelihatan validitas kemukjizatannya.
Para sahabat sungguh-sungguh bersemangat untuk memetik pengajaran Al-Qur’an Al-Karim dari Rasulullah. Mereka ingin menghafal lalu memahamminya. Bagi mereka, ini ialah suatu kehormatan.
Abu Abdirrahman As-Sulami meriwayatkan
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 , yakni orang-orang yang biasa membacakan Al-Qur’an pada kami, seperti Utsman bin Affan lalu Abdullah bin Mas’ud, beserta yang lainnya; bila mereka belajar sepuluh ayat melalui Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, mereka enggan melewatinya sebelum memahami lalu mengamalkannya. Mereka mengatakan, “Kami mempelajari Al-Qur’an, ilmu, lalu amal sekaligus.” (1)
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam tidak mengizinkan mereka menulis apa pun selain Al-Qur’an, sebab ditakutkan dapat tercampur aduk dgn yang lain.
Muslim meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, bahwa Rasulullah saw bersabda
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,“Jangan sekali-kali menulis apa saja dariku. Barangsiapa menulis sesuatu selain Al-Qur’an dariku maka hapuslah. Sampaikanlah haditsku, tidak masalah. Namun, barangsiapa mendustakan aku dgn sengaja, maka nerakalah tempatnya.”
Demikianlah yang berlangsung pada masa Rasul, zaman Khalifah Abu Bakar, lalu Umar Radhiyallahu Anhuma.
Lalu di dalam masa Khalifah Utsman (2) Radhyallahu Anhu, sesuai dgn tuntunan kondisi –seperti yang hendak dijelaskan kemudian (3)– membuat sebuah terobosan ijtihad mulia, yaitu demi menyatukan kaum muslimin dgn pedoman satu mushaf yang akhirnya diberi nama mushaf Al-Imam. Seterusnya, mushaf tersebut dikirim ke bermacam negeri saat itu. Adapun tulisan huruf-hurufnya disebut sebagai rasm Utsmani, yang dikaitkan dgn nama Khalifah Utsman. Langkah ini merupakan awal munculnya ilmu penulisan rasm Al-Qur’an.
demi menjaga adanya kekeliruan dalam pengucapan
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Kemudian, Khalifah Ali Radhiyallahu Anhu menyuruh Abul Aswad Ad-Duali untuk menggagas kaedah nahwu, buat menjaga adanya, kekeliruan di dalam pengucapan kemudian untuk lebih memantapkan bagi pembacaan Al-Qur’an. Hal ini dianggap sebagai cikal bakal dari munculnya ilmu i’rab Al-Qur’an.
Di antara para mufassir terpopular di kalangan sahabat Nabi adalah; empat khalifah, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari lalu Abdullah bin Az-Zubair.
Di antara murid-murid Ibnu Abbas yang cukup termasyhur
Said bin Jubair, Mujahid, Ikrimah maula Ibnu Abbas, Thawus bin Kisan Al-Yamani dan Atha’ bin Abi Rabah.
Murid Ubay bin Ka’ab yang popular di Madinah merupakan Zaid bin Aslam, Abul Aliyah, lalu Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi.
Di Irak terdapat murid Abdullah bin Mas’ud yang juga terpopuler selaku mufassir. Mereka yaitu; Alqamah bin Qais, Masruq bin Al-Ajda’, Aswad bin Yazid, Amir Asy-Sya’bi, Hasan Al-Bashri, dan Qatadah bin Di’amah As-Sadusi.
Abad kedua Hijriyah adalah zaman kodifikasi. Mula-mula kodifikasi hadits dgn metode pemanfaatan bab-bab yang sedikit sistematik. Keseluruhan mencakup semua yang berkaitan dgn tafsir.
Tokoh-tokoh yang menjalankan kodifikasi itu di antaranya Yazid bin Harun As-Sulami (wafat 117 H), Syu’bah bin Al-Hajjaj (wafat 160 H), Waki’ bin Al-Jarrah (wafat 211 H), Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H) dan Abdul Razzaq bin Hammam (wafat 211 H). Kesemua ulama itu pada asasnya termasuk ulama hadits. Sehingga saat ini kita belum menemui penjelasan-penjelasan tafsir mereka di dalam berbagai kitab.
Pada masa berikutnya, sekelompok ulama menjalankan penafsiran secara komprehensif terhadap Al-Qur’an sesuai tertibnya ayat yang ada di dalam mushaf. Di antara mereka yang tersohor merupakan Ibnu Jarir Ath-Thabari (wafat 310 H).
Demikianlah, pertama kali tafsir dilakukan dgn metode dari mulut ke mulut lalu periwayatan, lalu melalui proses kodifikasi, tapi masih masuk dalam bab-bab hadits. Lalu pada tahap berikutnya dikodifikasikan secara mandiri. Kemudian muncul tafsir bil ma’tsur (yang memanfaatkan dalil-dalil Al-Qur’an, hadits Nabi, beserta perkataan para sahabat dan salafushshalih) lalu tafsir bir-ra’yi (yang memanfaatkan akal ataupun pendapat pribadi).
Dalam bidang ilmu tafsir muncul karya-karya tematik yang berkaitan dengan tafsir Al-Qur’an yang cukup penting bagi seorang mufassir.
Sangat berlimpah karya-karya ulama yang mengkaji disiplin ulumul Qur’an. Karya-karya itu diranggkum di dalam satu tulisan besar sebagaimana yang disinyalir oleh Az-Zarqani di dalam kitabnya Manahil Al-’Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an (4) yakni di dalam Dar Al-Kutub Al-Mishriyah ada satu kitab karya Ali bin Ibrahim bin Said, ternama dgn julukan Al-Hufi. Nama kitab tersebut Al-Burhan fi ‘Ulumi Al-Qur’an, terdiri dari 30 jilid. Di dalamnya terdapat 15 jilid dimana di sana penulisannya menyebut ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dgn tertib mushaf yang mencakup pembahasan ulumul Qur’an.
Lalu, Ibnul Jauzi (wafat 597 H) menyertai jejak Al-Hufi. Ia menulis kitab “Funun Al-Afnan fi ‘Aja’ibi ‘Ulum Al-Qur’an.” (5) Badruddin Az-Zarkasyi (wafat 794 H) menulis “Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an.” (6) Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) menulis “Mawaqi’ Al-’Ulum min Mawaqi’ An-Nujum,” menambahi sedikit kitab Az-Zarkasyi. Kemudian, Jalaluddin As-Suyuthi (wafat 911 H) dgn kitabnya yang cukup terkenal yaitu “Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an.”
Inilah beberapa kajian yang diketahui selaku studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. Sekarang, kita beralih pada definisi singkat terhadap ulumul Qur’an.
‘Ulum merupakan bentuk plural dari ‘ilm. ‘Ilm sendiri maknanya al-fahmu wa al-idrak (pemahaman dan pengetahuan). Kemudian, pengertiannya dikembangkan pada kajian bermacam masalah yang bervariasi dgn standar ilmiah.
Lalu yang dimaksud dgn ‘Ulum Al-Qu’an, adalah suatu ilmu yang mencakup beragam kajian yang berkaitan dgn kajian-kajian Al-Qur’an seperti; pembahasan terhadap asbab an-nuzul, pengumpulan Al-Qur’an dan Penyusunannya, problem Makkiyah lalu Madaniyah, nasikh lalu mansukh, muhkam lalu mutasyabihat, lalu lain-lain.
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Al-Qur’an adalah mukjizat di dalam Islam yang abadi dimana makin maju ilmu pendidikan, semakin kelihatan validitas kemukjizatannya.
Para sahabat sungguh-sungguh bersemangat untuk memetik pengajaran Al-Qur’an Al-Karim dari Rasulullah. Mereka ingin menghafal lalu memahamminya. Bagi mereka, ini ialah suatu kehormatan.
Abu Abdirrahman As-Sulami meriwayatkan
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 , yakni orang-orang yang biasa membacakan Al-Qur’an pada kami, seperti Utsman bin Affan lalu Abdullah bin Mas’ud, beserta yang lainnya; bila mereka belajar sepuluh ayat melalui Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, mereka enggan melewatinya sebelum memahami lalu mengamalkannya. Mereka mengatakan, “Kami mempelajari Al-Qur’an, ilmu, lalu amal sekaligus.” (1)
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam tidak mengizinkan mereka menulis apa pun selain Al-Qur’an, sebab ditakutkan dapat tercampur aduk dgn yang lain.
Muslim meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, bahwa Rasulullah saw bersabda
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,“Jangan sekali-kali menulis apa saja dariku. Barangsiapa menulis sesuatu selain Al-Qur’an dariku maka hapuslah. Sampaikanlah haditsku, tidak masalah. Namun, barangsiapa mendustakan aku dgn sengaja, maka nerakalah tempatnya.”
Demikianlah yang berlangsung pada masa Rasul, zaman Khalifah Abu Bakar, lalu Umar Radhiyallahu Anhuma.
Lalu di dalam masa Khalifah Utsman (2) Radhyallahu Anhu, sesuai dgn tuntunan kondisi –seperti yang hendak dijelaskan kemudian (3)– membuat sebuah terobosan ijtihad mulia, yaitu demi menyatukan kaum muslimin dgn pedoman satu mushaf yang akhirnya diberi nama mushaf Al-Imam. Seterusnya, mushaf tersebut dikirim ke bermacam negeri saat itu. Adapun tulisan huruf-hurufnya disebut sebagai rasm Utsmani, yang dikaitkan dgn nama Khalifah Utsman. Langkah ini merupakan awal munculnya ilmu penulisan rasm Al-Qur’an.
demi menjaga adanya kekeliruan dalam pengucapan
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Kemudian, Khalifah Ali Radhiyallahu Anhu menyuruh Abul Aswad Ad-Duali untuk menggagas kaedah nahwu, buat menjaga adanya, kekeliruan di dalam pengucapan kemudian untuk lebih memantapkan bagi pembacaan Al-Qur’an. Hal ini dianggap sebagai cikal bakal dari munculnya ilmu i’rab Al-Qur’an.
Di antara para mufassir terpopular di kalangan sahabat Nabi adalah; empat khalifah, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari lalu Abdullah bin Az-Zubair.
Di antara murid-murid Ibnu Abbas yang cukup termasyhur
Said bin Jubair, Mujahid, Ikrimah maula Ibnu Abbas, Thawus bin Kisan Al-Yamani dan Atha’ bin Abi Rabah.
Murid Ubay bin Ka’ab yang popular di Madinah merupakan Zaid bin Aslam, Abul Aliyah, lalu Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi.
Di Irak terdapat murid Abdullah bin Mas’ud yang juga terpopuler selaku mufassir. Mereka yaitu; Alqamah bin Qais, Masruq bin Al-Ajda’, Aswad bin Yazid, Amir Asy-Sya’bi, Hasan Al-Bashri, dan Qatadah bin Di’amah As-Sadusi.
Abad kedua Hijriyah adalah zaman kodifikasi. Mula-mula kodifikasi hadits dgn metode pemanfaatan bab-bab yang sedikit sistematik. Keseluruhan mencakup semua yang berkaitan dgn tafsir.
Tokoh-tokoh yang menjalankan kodifikasi itu di antaranya Yazid bin Harun As-Sulami (wafat 117 H), Syu’bah bin Al-Hajjaj (wafat 160 H), Waki’ bin Al-Jarrah (wafat 211 H), Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H) dan Abdul Razzaq bin Hammam (wafat 211 H). Kesemua ulama itu pada asasnya termasuk ulama hadits. Sehingga saat ini kita belum menemui penjelasan-penjelasan tafsir mereka di dalam berbagai kitab.
Pada masa berikutnya, sekelompok ulama menjalankan penafsiran secara komprehensif terhadap Al-Qur’an sesuai tertibnya ayat yang ada di dalam mushaf. Di antara mereka yang tersohor merupakan Ibnu Jarir Ath-Thabari (wafat 310 H).
Demikianlah, pertama kali tafsir dilakukan dgn metode dari mulut ke mulut lalu periwayatan, lalu melalui proses kodifikasi, tapi masih masuk dalam bab-bab hadits. Lalu pada tahap berikutnya dikodifikasikan secara mandiri. Kemudian muncul tafsir bil ma’tsur (yang memanfaatkan dalil-dalil Al-Qur’an, hadits Nabi, beserta perkataan para sahabat dan salafushshalih) lalu tafsir bir-ra’yi (yang memanfaatkan akal ataupun pendapat pribadi).
Dalam bidang ilmu tafsir muncul karya-karya tematik yang berkaitan dengan tafsir Al-Qur’an yang cukup penting bagi seorang mufassir.
Sangat berlimpah karya-karya ulama yang mengkaji disiplin ulumul Qur’an. Karya-karya itu diranggkum di dalam satu tulisan besar sebagaimana yang disinyalir oleh Az-Zarqani di dalam kitabnya Manahil Al-’Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an (4) yakni di dalam Dar Al-Kutub Al-Mishriyah ada satu kitab karya Ali bin Ibrahim bin Said, ternama dgn julukan Al-Hufi. Nama kitab tersebut Al-Burhan fi ‘Ulumi Al-Qur’an, terdiri dari 30 jilid. Di dalamnya terdapat 15 jilid dimana di sana penulisannya menyebut ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dgn tertib mushaf yang mencakup pembahasan ulumul Qur’an.
Lalu, Ibnul Jauzi (wafat 597 H) menyertai jejak Al-Hufi. Ia menulis kitab “Funun Al-Afnan fi ‘Aja’ibi ‘Ulum Al-Qur’an.” (5) Badruddin Az-Zarkasyi (wafat 794 H) menulis “Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an.” (6) Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) menulis “Mawaqi’ Al-’Ulum min Mawaqi’ An-Nujum,” menambahi sedikit kitab Az-Zarkasyi. Kemudian, Jalaluddin As-Suyuthi (wafat 911 H) dgn kitabnya yang cukup terkenal yaitu “Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an.”
Inilah beberapa kajian yang diketahui selaku studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. Sekarang, kita beralih pada definisi singkat terhadap ulumul Qur’an.
‘Ulum merupakan bentuk plural dari ‘ilm. ‘Ilm sendiri maknanya al-fahmu wa al-idrak (pemahaman dan pengetahuan). Kemudian, pengertiannya dikembangkan pada kajian bermacam masalah yang bervariasi dgn standar ilmiah.
Lalu yang dimaksud dgn ‘Ulum Al-Qu’an, adalah suatu ilmu yang mencakup beragam kajian yang berkaitan dgn kajian-kajian Al-Qur’an seperti; pembahasan terhadap asbab an-nuzul, pengumpulan Al-Qur’an dan Penyusunannya, problem Makkiyah lalu Madaniyah, nasikh lalu mansukh, muhkam lalu mutasyabihat, lalu lain-lain.